Wednesday, March 30, 2016

Hong Kong in Black and White Film

Hong Kong.

Nama yang tidak asing bagi kita semua. Orang-orangnya mempunyai karakter, karya filmnya mendunia, makanannya aduhai, pemandangannya fantastis, merupakan salah satu pusat perekonomian dunia setaraf dengan New York, London dan Tokyo. Secara singkat, kota ini memiliki daya tarik luar biasa.

Saya penasaran, apakah Hong Kong yang kita kenal itu memang demikian? Mewah, gemerlap dan bergerak demikian cepat? Masa sih gak ada kehidupan lain yang dapat menggambarkan sisi lain kota ini? Kehidupan yang lebih merakyat. Kehidupan yang lebih manusiawi. Maksud saya bukannya mereka gak manusiawi, cuman... Yaaahhh ngerti lah maksudnya.

Kebetulan ada liburan di bulan Maret dan kebetulan dapat harga tiket yang bersahabat, saya berangkat ke Hong Kong selama tiga hari dengan harapan bisa melihat sisi lain dari kehidupan metropolis itu. 

Kamera dan lensa yang saya bawa sudah pasti harus ringkas, karena pasti akan banyak berjalan kaki. Pilihan saya adalah Leica MP dan lensa 35 Summicron. One body one lens. Tadinya tergoda untuk memakai lensa 28mm, tapi saya ingin lensa yang bisa lebih "close" supaya gambar bisa lebih "natural". Semua photo diabadikan dengan film Kodak Tmax dan Tri X. All Black and White. Sengaja saya tidak memakai color films karena pendekatan motret dengan BW films agak berbeda dengan Color films.

Sebuah bengkel mobil di Kennedy Town. Ini rupanya yang "keep the cars running."

Untuk mencari kesunyian dan ketenangan, masih ada tempat-tempat sembahyang dimana manusia dapat mendekatkan diri ke pencipta nya.


Kalau waktu terbatas namun ingin menikmati pemandangan kota Hong Kong bisa naik tramway. Alat transportasi massal yang sudah berusia lebih dari 100 tahun ini berjalan dari Barat ke Timur dan sebaliknya hanya dengan 20HKD.

Gerobak dan gang kecil banyak terdapat di celah-celah bangunan pencakar langit. Disitu masih bisa kita lihat kehidupan sederhana seperti orang tua ini yang mengumpulkan dus-dus bekas untuk dijual kembali.

Street photo fans gak akan kekurangan object photo disana. Ini photo seorang penumpang yang sedang duduk dengan gambar wanita di sisi tram yang juga sedang duduk dengan pose relatif sama.

Mengunjungi Hong Kong tidak akan lengkap tanpa mampir ke salah satu shopping malls mewah yang bertebaran disana. Tapi dengan cahaya yang pas dan timing, kita masih bisa motret sambil menunggu istri belanja :-)

Thursday, March 17, 2016

Contribution by Martien Budiman: "How far would one go to achieve the look he/she wants"

Masing-masing film memiliki karakter tersendiri dalam hal saturasi warna, latitude dan grain. Biasanya seorang photographer akan memilih film yang cocok dengan konsep photo yang ingin dia tampilkan.

Untuk portrait, film jagoan yang tersohor adalah Kodak Portra 400 dan Fuji Pro 400H. Kedua film ini menghasilkan skin tone yang sangat natural. Namun demikian tetap ada perbedaan. Fuji Pro 400H konon memiliki warna yang lebih saturasi. Sedangkan Kodak Portra 400 memiliki latitude yang lebih lebar sehingga mampu menghasilkan shadow detail yang lebih baik.

Martien Budiman sudah berkecimpung dalam dunia analog photography sejak tahun 2012 dan ia memiliki studio sendiri yang diberi nama Studio 313. Arsenal kamera favoritnya adalah Contax 645, Pentax 645nii, Pentax 67ii. Sedangkan film favorit Martien adalah Fuji Pro 400h dan Kodak Portra 400. Pilihan kedua film ini karena menghasilkan warna yang "pas" buat dia. Sementara photographer yang menjadi inspirasi Martien adalah Jose Villa dan Jonathan Canlas. Untuk mendapatkan hasil yang dia inginkan, Martien melakukan proses film sendiri dan melakukan scan sendiri. Dengan proses end-to-end ini, hasil photo dapat terkontrol dengan baik. Soup N Film adalah supplier film dan chemical yang dipakai Martien.

Ilford HP5+, Contax 645

Fuji Pro 400h, Pentax 645nii

Fuji Pro 400h, Pentax 645nii

Kodak Portra 400, Contax 645

Kodak Portra 800, Contax 645

Fuji Pro 400h, Contax 645

Fuji Pro 400h, Contax 645

Fuji Pro 400h, Contax 645

Kodak Portra 400, Pentax 67ii

Kodak Portra 800, Pentax 67ii

Kodak Portra 400, Contax 645

Monday, March 7, 2016

Kodak Tri-X is 60 years old this year

Siapa yang gak kenal film besutan Kodak yang satu ini? Sejak diproduksi Kodak di tahun 1940 (dalam format sheet film), film BW Tri-X sudah menjadi sahabat pro photographer sejagad. Banyak hal yang membuat film ini tidak terpisahkan dari pro photographer, beberapa di antaranya:

Grain. Film Tri X memiliki grain khas yang membuat hasil foto menjadi seakan organik. Demikian uniknya sehingga banyak orang yang ingin hasil foto digital mereka kelihatan seperti hasil foto Tri X dengan menambahkan grain dan kontras pada foto2 mereka. Bahkan beberapa plug-in terkemuka untuk Photoshop memiliki pilihan Tri X untuk mengimitasi hasil foto Tri X.

Latitude. Metering lebih "forgiving" dengan film Tri X. Beda beberapa stop masih tetap akan memberi hasil yang bisa dipakai. Detail dalam shadow tetap masih dapat dilihat dan warna hitam sedemikian pekat dengan karakter yang unik. Jika kita lihat kamera jaman dulu seperti Leica M3, Nikon F, dsb, tidak memiliki light meter itu karena eksposur yang kurang maksimal masih dapat ditoleransi dengan film Tri X.

Alasan lain, kenapa film ini merupakan pilihan begitu banyak photographer dunia dapat disimak di Intelligent Life Magazine by The Economist.

Nikon F6, 24-70/2.8G, Kodak Tri X

Wednesday, March 2, 2016

Reasons to shoot film

"Jaman gini...", "Koq ga bisa dilihat?", "Masih ada jual film ya?", adalah pertanyaan-pertanyaan yang sering didengar para film photographer. Tentu saja jawabannya juga beragam, kenapa masih pake film atau memilih film bagi para photographer.

Seorang photographer bernama Ryan Neilan memiliki 14 alasan kenapa dia memilih film sebagai medium photonya. Buat yang ingin tahu alasan Ryan bisa simak di Leica Blog. Kami yakin kita semua memiliki alasan unik kenapa masih make film. Kita ingin tahu nih... Please share disini ya.

Pasar burung Pramuka. Kodak Tmax 400. 

Friday, January 29, 2016

Four states and 4.400km in the US of A by Ridwan Prasetyo

Salah satu customer Soup N Film, Ridwan Prasetyo, barusan menulis suatu blog yang berisi mengenai perjalanannya ke US of A. Mas Ridwan menempuh jarak sejauh 2,800 miles atau sekitar 4,480km dalam perjalanan yang melewati 4 negara bagian. Tentu saja Mas Ridwan dilengkapi dengan stock film yang cukup, seperti Kodak Portra dan Kodak Tmax.


Simak photo Mas Ridwan yang lain di blog nya.

Thursday, January 28, 2016

Scan Quality

Dengan bertambahnya alat scanner Noritsu, kami kembali dapat membuat scan high resolution untuk setiap proses cuci scan di Soup N Film. Untuk itu, produk Pro Scan kami tiadakan efektif 25 Januari 2016. Semua hasil scan yang kami upload ke cloud.soupnfilm.com adalah high resolution. Terima kasih.

Thursday, January 7, 2016

Kenapa film masih menjadi pilihan Sutradara Hollywood?

Film masih merupakan pilihan Photographer dan Sutradara dalam membuat karya mereka. Mungkin banyak yang gak percaya, tapi film Star Wars: The Force Awaken dibuat dengan film, begitu juga dengan film Superman vs Batman yang akan di release di tahun 2016 ini. Alasan mereka memilih film pun beragam, mulai dari density, exposure latitude dan depth.

Sebagai contoh, sampai dengan saat ini, tidak ada kamera digital yang bisa menandingi film Imax dari segi densitas dan kemampuan merekam informasi. Beberapa Sutradara yang masih ngotot memakai film dalam karya-karyanya adalah Christopher Nolan, si Sutradara Batman. Bekerjasama dengan Director of Photography Wally Pfister, ASC, mereka menciptakan karya-karya yang tak terlupakan.


Selain itu, film memberikan rentang exposure latitude yang luas sehingga detail highlight yang over ataupun detail shadow terekam dengan sangat baik. Dan tentu saja film memberikan "depth" yang berbeda dan mempunyai karakter. Photoshop, Lightroom dan image editor lainnya berlomba lomba membuat plug-ins untuk membuat hasil foto digital "terlihat" seperti film. Tapi tidak ada hasil film yang ingin dibuat menyerupai digital.